Sunday, September 23, 2007

Malam Melawan Pembungkaman

Berita Utama Harian Radar Banjarmasin

Kamis, 20 September 2007

Aksi Aktivis untuk Muhammad Faisal

BANJARMASIN,- Aksi moral mendukung Ketua DPD Partai Nasional Bung Karno (PNBK) Kalsel Muhammad Faisal SE yang dipenjara selama 4 bulan, terus dilakukan berbagai pihak. Aksi penentangan atas pemenjaraan Faisal itu tadi malam digelar dengan hidmad di kawasan kampus Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, dengan tajuk “Malam Melawan Pembungkaman”.

Acara yang dikemas dengan suasana teramat bersahaja di lapangan terbuka, dengan penerangan puluhan obor, itu dimulai dengan mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sekitar 100 aktivis muda yang mengikuti acara tersebut serentak berdiri dan mengumandangkan lagu kebangsaan itu dengan penuh semangat.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Budi Kurniawan (wartawan/penulis buku), dilanjutkan pembacaan puisi penyemangat oleh seniman Lazuardi Saragih. Berikutnya sejumlah aktivis menyampaikan orasi. Juga ada yang menyanyikan lagu yang liriknya antara lain berbunyi: Kepalkan tinjumu ke awan/Rapatkan barisanmu kawan/Hancurkan segala penindasan.

Intinya, acara ini menentang atas pemenjaraan Faisal yang dianggap sebagai tindakan sewenang-wenang dari pihak penguasa. Untuk itu, seratusan aktivis yang sebagian besar mahasisa Unlam itu kompak menyatakan perlawanan.

Di tengah acara yang “dikomandani” Taufik Arbain (dosen Unlam) dan Budi Kurniawan ini, dibagikan selebaran berisi pernyataan sikap dari Ketua Journalist and Writer Forum of Borneo, Setia Budhi, yang kini masih berada di Malaysia menyelesaikan pendidikan tingkat doctoral di Universitas Kebangsaan Malaysia. Juga ada penyataan Taufik Arbain dan Budi Kurniawan.

Menurut Setia Budhi, apa yang terjadi pada Faisal ini adalah pembungkaman terhadap ekspresi yang menunjukkan kemunduran luar biasa bagi demokrasi di Kalsel. “Pembungkaman semacam ini biasa terjadi di era Orde Baru. Tapi ketika suasana dan iklim politik lebih terbuka, pembungkaman justru terjadi di Kalsel. Ini ironi,” tegasnya.

Sedangkan Taufik Arbaik menegaskan, pemenjaraan ini bukan sekadar menyangkut pribadi Faisal. “Kasus ini bisa menjadi preseden buruk bagi kebebasan berpendapat dan membungkam tradisi intelektual,” ujarnya. (aha)

No comments: