Dering telpon genggamku yang mati berhari-hari karena sinyal tak menyentuh pedalaman yang kujejaki dan jelajah menjerit tiada henti.
Sebuah suara lembut nan bersahaja mengabarkan duka:
"Mas Budi, Pak Murad meninggal tiga hari lalu."
Ah, pisau tajam yang kukhawatirkan itu datang juga. Bang Murad berpulang pada Sabtu, pekan lalu di rumahnya yang asri di Depok, Jawa Barat.
Aku terhenyak.
Dukaku memenuhi langit pagi yang lahir di pedalaman Borneo.
Selamat Jalan Bang.
Bebaskan dirimu dari duka yang dibuat penguasa...
Bertemulah dengan Tuhan yang tak pernah membeda-bedakan dan menyakiti umatnya...
Tuhan yang tak mau berbuat seperti mereka-mereka yang telah menistakanmu..
Banjarmasin, 5 April 2008
Budi Kurniawan,
Friday, April 4, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment