Friday, February 15, 2008

Tiwah di Pedalaman Katingan


Dalam kepercayaan Kaharingan --Orde Baru "memaksa" agama yang dianut oleh sebagian besar orang Dayak ini masuk dalam agama Hindu dengan sebutan Hindu Kaharingan-- kematian adalah awal sebuah perjalanan panjang ke Lewu Tatau (Sorga). Roh mereka yang mati masih berada di sekitar wilayah semasa hidupnya. Untuk mengirimkan roh itu ke Lewu Tatau, orang Dayak wajib menggelar upacara Tiwah. Tiwah yang memiliki substansi penghormatan pada para leluhur dan perjalanan di surga ini akan digelar pada 22 Maret 2008 di Desa Tumbang Labaning, Katingan Hulu, Kabupaten Katingan. Pada bulan Mei dan Juni, Tiwah juga akan digelar di Manuhing, Kahayan, Kalimantan Tengah. Sebuah ritual eksotik dan kaya pesan kearifan ini menanti Anda.

5 comments:

Anonymous said...

saya tidak setuju dengan pernyataan anda yang menyebutkan bahwa orang dayak WAJIB melaksanakan upacara tiwah.
Bagaimana dengan orang dayak yang tidak memeluk agama
Hindu Kaharinga???????
apakah dia (yang tidak Kaharingan) harus ditiwahkan juga?????????

Anonymous said...

Mungkin maksud mas Budi adalah orang Dayak yang masih memegang erat budaya nya terkait dengan kepercayaan akan leluhur mereka dalam hal ini orang-orang yang masih memeluk kaharingan. Tapi tidak lepas kemungkinannya bahwa ada sebagian orang dayak yang sudah memeluk agama kristen namun mereka masih punya kepercayaan dan menjunjung nilai-nilai kedayakan mereka dalam konteks budaya dan adat. beberapa waktu lalu saya sempat berkunjung ke daerah kalimantan tengah di hulu sungai juloi. meskipun ada banyak dr mereka yang sudah memeluk kristen, namun saya mendapati bahwa mereka masih memegang erat adat dan budaya mereka sebagai orang dayak.

jiwadara

gunawanrudy said...

Ya. Di Indonesia agama dan budaya dapat berkolaborasi dengan indah. Sunan Kalijaga mengajarkan nilai-nilai Islam lewat wayang kulit, misalnya seperti lakon Bima Ngaji. Padahal tentu wayang bukan ajaran Islam. Belum lagi jika membicarakan Wayang Wahyu yang menceritakan kisah-kisah dari Alkitab. Gereja Jawa juga, menyamakan kesamaaan persepsi antara konsep Ratu Adil bangsa Jawa dengan juru selamat dalam Kristen. :)

Ah, saya ini putra Dayak yang tersesat dalam budaya Jawa... Saya ingin bertobat. T___T

Anonymous said...

Perlu digaris bawahi TIWAH merupakan acara ritual bukan upacara adat. TIWAH tidak diharuskan untuk dilaksanakan karena dilaksanakan sesuai kemampuan dari keluarga yang bersangkutan. Biasanya keluarga itu meniwahkan anggota keluarganya karena MEREKA ingin memberikan PENGHORMATAN TERAKHIR kepada yang di TIWAHKAN sebagai ucapan terima kasih.

Anonymous said...

sy juga bukan asli dayak,tp selama puluhan tinggal di Katingan ,saya melihat acara TIWAH atau IJAMBE bukan acara ritual agama hindu kaharingan tp acara ritual bgn adat budaya dayak yang dilaksanakan oleh keluarga dayak siapapun,tergantung kemampuan dr segi ekonomi keluarga org yg ditiwahkan.hanya akhir2 ini setelah Hindu Kaharingan merupaakan sebuah agama maka ada org beranggapan bahwa upacara adat dayak termasuk tiwah adalah upacara nya agama hindu kaharingan.jadi intinya TIWAH adalah acara ritual budaya dayak,buktinya orang kristen,islam pun melaksanakan upacara ini buat leluhurnya.sama halnya dengan DEMANG,Ada orang mengganggap Demang tdk perlu ada di daerah yang mayoritas muslim.padahal Demang itu bukah tokoh agama tp kepala adat di suatu wilayah.Maaf kalau komentar saya salah.